Denganberagama tidak berarti kita bisa menjadi Tuhan dan menghakimi orang lain yang tidak percaya adanya Tuhan. Negara melalui KUHP sudah terlalu mencampuri dan
Kita mengenal kebebasan untuk menjalankan agama dan kepercayaan. Negara berkewajiban melindungi pemeluknya. Bagaimana dengan warga negara Indonesia yang tidak memilih suatu agama atau tidak percaya Tuhan itu ada? Foto Monique Rijkers

Golonganyang lain ada di jemaat Korintus adalah merek ayang berasal dari agama Yahudi. Kelompok ini tidak percaya adanya berhala, mereka dibesarkan dan dididik sebelumnya dalam peribadatan yang mempercayai adanya Tuhan Allah. Kelompok ini kita sebut kelompok yang kedua, yang tidak percaya adanya berhala.

NilaiJawabanSoal/Petunjuk ATEIS Orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan DAHRIAH Orang-orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan BERTUHAN 1 percaya dan berbakti kpd Tuhan; beribadah orang yang tidak ~, orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan; 2 memuja sesuatu sebagai Tuhan janganlah kita ~ kpd berhala; FASIK 1 tidak peduli terhadap perintah Tuhan; 2 orang yang percaya kpd Allah, tetapi tidak menjalankan perintah-Nya; RELIGI Kepercayaan kepada Tuhan SABAR Orang ... disayang Tuhan SKEPTIS Tidak Percaya Kepada Orang Lain PISTANTHROPHOBIA Tidak Percaya Kepada Orang Lain BUKTI Sesuatu Yang Buat Orang Percaya ATEISTIS Bersifat tidak mengakui adanya Tuhan FATALIS Orang yang percaya atau menyerah saja pada nasib CURIGA Tidak percaya kepada orang lain, berhati-hati KABIL Ingkar terhadap tuhan atau orang tua ATEISME Paham yang tidak mengakui adanya Tuhan DURHAKA Ingkar Terhadap Perintah Tuhan Atau Orang Tua KUFUR Kafir tidak percaya kpd Tuhan dan Rasul-Nya; MUKMIN Orang yang beriman dan percaya kpd Allah GROGI Tidak percaya diri, canggung saat berhadapan dengan orang banyak DEISME Ajaran yang mengakui adanya Tuhan tapi tidak mengakui agama RASUL Utusan Tuhan ANIMATOR Orang yang percaya pd kekuatan spiritual yang bukan manusia FIRAUN Orang kafir yang mengaku Tuhan pd zaman Nabi Musa BERIMAN Mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan; berimankan percaya kpd; PENYANGSI Orang yang tidak mudah percaya; orang yang lekas bimbang; MAIDO Mencela karena tidak percaya akan perbuatan maupun hasil pekerjaan orang lain Baikdari pihak ateis, agnostik, maupun yang theist (percaya sama Tuhan). Menurut saya sendiri sih, ini bukan masalah percaya atau tidak. Melainkan, apakah anda paham atau Setiap orang di dunia ini, tentu memiliki pengetahuan dan keyakinan yang berbeda – beda. Berawal dari berbeda pengetahuan tersebut, keyakinan pun semakin dicari – cari dan mana yang akan menunjukan keyakinan yang sangat pasti bagi kedepannya. Tetapi, apakah kalian tahu, ada beberapa orang terkenal yang bahkan tak memiliki keyakinan atau agama dan anehnya, mereka tidak percaya akan kebedaraaan Tuhan di dunia ini. Lantas, dari manakah pengetahuan mereka tentang Tuhan sendiri? Apakah mereka adalah seorang Atheis? Misteri, itu belum terpecahkan hingga sekarang. Mulai dari kalangan selebritis hingga ilmuwan, berikut 10 Orang Terkenal Di Dunia Ini Yang Tidak Percaya Tuhan, Kenapa? Penasaran? cek dibawah ini. Content Navigation 110 Orang Terkenal Di Dunia Ini Yang Tidak Percaya Tuhan, Kenapa?1. Albert Eistein2. Hugh Hefner3. Fernando Alonso4. Angelina Jolie5. Brad Pitt6. John Lennon7. Rafael Nadal8. Rosalind Franklin9. Keanu Reeves1. Stephen Hawking 1. Albert Eistein Siapa yang tak mengenal nama Albert Eisten, bahkan pria ini adalah manusia terpintar di muka bumi ini. Apakah alasan ilmuwan yang memiliki pengetahuan luar biasa ini tak mempercayai keberadaan Tuhan? mungkin menurut teori yang ada, cara terbentuknya alam semesta menurut agama dan teori science yang berbeda membuat ilmu pengetahuan tak bisa disatukan dengan agama. Mungkin ini yang membuat banyak ilmuwan terkenal dunia tak percaya dengan agama dan lebih percaya dengan hal-hal ilmiah. Salah satu ilmuwan terkenal yang tak percaya dengan agama adalah Albert Einstein. Albert Einstein dikenal sebagai ilmuwan jenius di abad ke-20. Ia lahir dalam keluarga Yahudi di Jerman pada 14 Maret 1879. Ketika dirinya dewasa, Einstein mulai mempertanyakan eksistensi Tuhan. Dirinya juga meragukan keyakinan di dunia yang percaya dengan Tuhan. Tapi di kesempatan lain, dirinya menolak dianggap sebagai ateis fanatik. 2. Hugh Hefner Hugh Hefner Mempunyai hidup yang dikelilingi oleh wanita dan uang siapa yang tidak mau? Hanya saja, hampir mustahil rasanya untuk bisa mendapatkan hidup seperti itu. Mustahil? Tidak juga, ada sosok pria yang berhasil mendapatkan hidup menyenangkan yang sangat diidam-idamkan oleh pria, pria tersebut adalah Hugh Hefner. Hugh Hefner adalah bos majalah dewasa Playboy. Playboy merupakan majalah dewasa Amerika yang didirikan pada tahun 1953. Hefner ini merupakan pendiri sekaligus editor di majalah tersebut. Pebisnis Amerika ini mengakui bahwa dirinya tak percaya dengan agama. Dikatakan bahwa agama itu adalah sebuah mitos. 3. Fernando Alonso Fernando F1 adalah salah satu cabang olahraga yang populer dan dikenal ekstrim karena mengharuskan pengendaranya memacu kendaraan secepat mungkin ke garis finish. Setiap olahraga pasti ada superstarnya, begitu juga dengan Formula 1. Salah satu bintang di Formula 1 adalah pembalap bernama Fernando Alonso. Fernando Alonso Diaz merupakan pembalap asal Spanyol yang meraih 2 kali gelar juara Formula 1. Saat ini Alonso membalap untuk tim McLaren. Alonso tak mengatakan secara langsung bahwa dirinya adalah seorang ateis. Alonso hanya mengatakan, dirinya tidak punya hubungan apapun dengan Tuhan dan tidak percaya dengan nasib atau makhluk superior lainnya. 4. Angelina Jolie Brad Pitt dan Angelina Jolie yang begitu kompak menjadi relationship goals oleh banyak fans dan juga orang di dunia. Selain keduanya adalah pasangan selebriti yang dermawan, mereka juga berbagi kesamaan yakni, sama-sama tidak percaya dengan Tuhan. Mereka berdua adalah pasangan selebriti yang menganut kepercayaan ateis. Sebelum mengenal Pitt, saat berstatus suami istri, dan hingga bercerai, baik itu Jolie dan Pitt, keduanya masih mempertahankan kepercayaan ateisnya tersebut. Jolie yang kini tengah sibuk mengurus anak angkatnya mengaku bahwa dirinya tidak butuh keberadaan Tuhan dalam hidupnya. Secara tak langsung, Jolie mengakui bahwa dirinya adalah seorang ateis. 5. Brad Pitt Brad Pitts Baik itu Angelina Jolie maupun Brad Pitt, keduanya sama-sama artis Hollywood yang tak percaya dengan keberadaan Tuhan. Mungkin itu menjadi salah satu alasan kenapa mereka merasa cocok satu sama lain dan menikah. Meskipun sekarang mereka sudah berpisah, keduanya masih percaya bahwa Tuhan itu tidak ada. Mantan Jennifer Aniston dan Angelina Jolie, yang sekarang ini menjalin hubungan asmara dengan Neri Oxman ini mengakui dirinya adalah seorang ateis. Pitt mengaku, ia ada 20% ateis dan 80% agnostic. Agnostic adalah orang yang percaya bahwa tak hal yang namanya Tuhan atau segala hal yang berhubungan dengan Tuhan. 6. John Lennon Siapa yang tak mengenal nama John Lennon, salah satu anggota grup band The Beatless ini dikenal sebagai orang yang eksentrik dan penuh kontroversi. Sudah jadi rahasia umum mengenai ketidakpercayaan Lennon akan Tuhan. Ketidapercayaan Lennon terhadap Tuhan, ia tuangkan ke dalam lagu yang ia ciptakan pada tahun 1970, berjudul God. Mazmur37:34-36 Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan-Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang-orang fasik dilenyapkan. Aku melihat seorang fasik yang gagah sombong, yang tumbuh mekar seperti pohon aras Libanon; ketika aku lewat, lenyaplah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui.
ï»żNilaiJawabanSoal/Petunjuk ATEIS Orang yang tidak percaya adanya Tuhan DAHRIAH Orang-orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan BERTUHAN 1 percaya dan berbakti kpd Tuhan; beribadah orang yang tidak ~, orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan; 2 memuja sesuatu sebagai Tuhan janganlah kita ~ kpd berhala; FASIK 1 tidak peduli terhadap perintah Tuhan; 2 orang yang percaya kpd Allah, tetapi tidak menjalankan perintah-Nya; RELIGI Kepercayaan kepada Tuhan SABAR Orang ... disayang Tuhan SKEPTIS Tidak Percaya Kepada Orang Lain PISTANTHROPHOBIA Tidak Percaya Kepada Orang Lain BUKTI Sesuatu Yang Buat Orang Percaya ATEISTIS Bersifat tidak mengakui adanya Tuhan FATALIS Orang yang percaya atau menyerah saja pada nasib CURIGA Tidak percaya kepada orang lain, berhati-hati KABIL Ingkar terhadap tuhan atau orang tua ATEISME Paham yang tidak mengakui adanya Tuhan DURHAKA Ingkar Terhadap Perintah Tuhan Atau Orang Tua KUFUR Kafir tidak percaya kpd Tuhan dan Rasul-Nya; MUKMIN Orang yang beriman dan percaya kpd Allah GROGI Tidak percaya diri, canggung saat berhadapan dengan orang banyak DEISME Ajaran yang mengakui adanya Tuhan tapi tidak mengakui agama RASUL Utusan Tuhan ANIMATOR Orang yang percaya pd kekuatan spiritual yang bukan manusia FIRAUN Orang kafir yang mengaku Tuhan pd zaman Nabi Musa BERIMAN Mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan; berimankan percaya kpd; PENYANGSI Orang yang tidak mudah percaya; orang yang lekas bimbang; MAIDO Mencela karena tidak percaya akan perbuatan maupun hasil pekerjaan orang lain
Hanya56% yang percaya bahwa adanya Tuhan, sedang 26% lainnya merasa mungkin ada kekuataan supranatural yang eksis di luar manusia. Lebih spesifik lagi, dari berbagai macam agama yang ada, data tahun 2012 menyebutkan 23% orang Eropa tidak bergabung dengan aliran agama apapun. Bisakah memilih keputusan menajdi ateis di tanah air?Foto Monique Rijkers Di Indonesia menjadi ateis tampaknya belum bisa menjadi pilihan hidup yang dinyatakan secara terbuka karena masyarakat yang sangat agamis. Apalagi jika RUU KUHP yang mempidanakan agnostik dan ateisme diberlakukan. Padahal memilih untuk tidak beragama sejatinya adalah hak asasi manusia. Beragama karena warisan keluarga adalah tipikal orang Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang sangat religius. Seluruh kehidupan sebagai seorang warga negara di Indonesia tak jauh dari urusan agama. Ritual agama melingkupi kehidupan masyarakat di Indonesia mulai dari melek bangun tidur hingga merem mau tidur lagi. Bahkan novel jadul Atheis karya Achdiat Karta Mihardja yang dinilai sebagai salah satu karya sastra penting dan penulisnya mendapat Hadiah Tahunan Pemerintah Republik Indonesia tahun 1969 di ujung kisah mengangkat penyesalan seorang ateis yang meninggalkan agama. Seiring dengan makin luasnya wawasan seseorang, memeluk agama bukan berarti menerima apa adanya atau percaya begitu saja. Peristiwa tertentu, pengalaman hidup atau pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban bisa menjadi pemicu bangkitnya kesadaran yang mempertanyakan eksistensi Tuhan. Paling tidak, itulah yang terjadi pada Stefen Jhon. "Tahun 1999 ketika Ambon dilanda konflik horizontal yang berkepanjangan, saya mulai mempertanyakan tentang Tuhan. Ketika itu saya begitu khusyuk berdoa Novena agar kampung dan rumah saya dijauhi perusuh sampai akhirnya diserang oleh pihak lawan. Kami terpukul mundur, di situlah saya berpikir, apa Tuhan punya maksud lain? Apa gunanya kami berperang membela agama? Selemah inikah Tuhan yang saya sembah? Saya jadi skeptis, sangat skeptis. Saya mulai mencari literatur dan saya tahu semua tentang Tuhan dan gereja namun saya membunuh satu persatu keimanan saya terhadap Tuhan.” Setelah pergumulan batin selama enam tahun, tahun 2005 Stefen Jhon memilih menjadi ateis. Keributan tak dapat dihindari di rumah karena ia menolak ke gereja. Namun ia tidak mengajarkan anak-anak untuk menjadi ateis seperti dirinya. Justru ia senang melihat keluarganya kelihatan bahagia menjalankan ritual Monique RijkersFoto Monique Rijkers Ada Wadah Komunitas Ateis Di Indonesia, Stefen Jhon tidak sendiri. Mereka yang menggugat keimanan bergabung dalam komunitas-komunitas free-thinker, agnostik tidak mempercayai agama dan ateis tidak mempercayai Tuhan yang berada di media sosial atau grup-grup WhatsApp. Di dunia maya ada saja orang yang mulai mempertanyakan kebenaran agama dan kepercayaan yang mereka anut. Makin banyak yang kritis pada konsep tentang Tuhan dan merasa agama tidak memberikan informasi yang memadai untuk diterima secara intelektual. Karl Karnadi, pendiri dan moderator komunitas ateis di Indonesia dengan nama Indonesian Atheists sejak tahun 2008 ketika ditanya data ateis terakhir mengaku ada 1500-an anggota. "Tujuan utama bukan untuk mengumpulkan ateis di Indonesia tetapi memberikan tempat yang aman dan nyaman bagi ateis dan kaum minoritas di Indonesia yang didiskriminasi dan jarang bisa terbuka di lingkungan nyata. Karena itu yang diterima menjadi anggota Indonesian Atheists adalah mereka yang bertujuan sama. Selain komunitas Indonesian Atheists, ada pula grup Facebook dengan nama "Anda Bertanya Ateis Menjawab” dengan jumlah anggota 60 ribu orang yang menampung beragam pertanyaan seputar ateis dan menjadi wadah untuk mengenal para ateis yang sama seperti manusia biasa seperti warga negara Indonesia lainnya. Menjadi Ateis Tidak Bisa Dihukum Tetapi bisa dibilang mereka yang benar-benar ateis dan keluar dari agama sepenuhnya serta berani mengakui di dunia nyata, terbuka di depan keluarga, rekan kerja dan pergaulan sosial belum banyak. Sejumlah ateis yang saya kontak untuk mencari tahu testimoni merekaterkait agama dan Tuhan enggan memberikan foto dan menolak publikasi. Alasan yang diberikan bermacam-macam, "Orangtua saya dan anak-anak saya bisa dikecam”, "Saya punya pekerjaan” atau alasan diplomatis seperti "Saya belum tepat sebagai narasumber” dan "Ini ranah pribadi”. Beberapa orang mengaku masih melakukan ritual agama sebagai kegiatan sosial bukan spiritual karena memang tidak lagi percaya adanya Tuhan. Keengganan para ateis di Indonesia mengungkap identitas diri mereka, sangat saya maklumi karena dipengaruhi kondisi di Indonesia yang kerap emosional atau bahasa gaul masa kini baper bawa perasaan dalam urusan agama dan memandang tidak beragama sebagai bentuk penodaan agama sehingga meminggirkan kebebasan berbicara dan berpendapat yang sejatinya merupakan hak setiap orang. Pengalaman buruk pernah dialami Alexander Aan seorang pegawai negeri sipil di Sumatera Barat pada tahun 2012 yang dipenjara 2,5 tahun karena menulis status "Tuhan itu tidak ada” di Facebook pribadinya. Ateis-nya tidak dihukum tetapi karena menyebarkan pendapat di media elektronik maka Alexander Aan dijerat pasal penodaan agama dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE. Ateis dianggap menodai agama alih-alih menjadi sebuah pilihan bebas semua orang, hak asasi manusia yang universal dan berlaku termasuk untuk warga negara Indonesia. Padahal Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD pada tahun 2012 menyatakan tidak ada yang bisa menghukum individu ateis atau komunis jika mereka mengakui apa yang dianutnya secara pribadi. Melindungi Pilihan Hidup Individu Dalam aturan hukum di Indonesia tidak ada yang spesifik melarang seseorang menjadi ateis tetapi karena dalam Pancasila sebagai dasar negara dimuat "Ketuhanan yang Maha Esa” sebagai sila pertama maka diasumsikan semua warga negara Indonesia akan memilih salah satu agama yang diakui di Indonesia. Jika sila pertama menjadi rujukan seseorang beragama, idealnya rujukan sila kedua "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” menjadi dasar memperlakukan manusia lain termasuk para ateis yakni secara adil dan beradab. Selain menerapkan sila pertama Pancasila sebagai standar beragama di Indonesia, berbagai aturan administrasi kependudukan tidak jauh-jauh dari identitas agama. Kewajiban mencatatkan pernikahan yang dilakukan berdasarkan hukum suatu agama mengacu pada Undang-undang Pernikahan Tahun 1974 sehingga seorang ateis harus memilih salah satu agama untuk menikah dengan orang Indonesia atau meresmikan pernikahannya di Indonesia. Aturan administrasi kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk e-KTP dan Kartu Keluarga masih memberlakukan pengisian kolom agama. Sejak tahun 2016 untuk penganut kepercayaan di luar enam agama yang diakui pemerintah pada kolom agama dapat ditulis "Penghayat Kepercayaan” atau dikosongkan. Pilihan bagi pemeluk kepercayaan lokal ini logikanya bisa menjadi pilihan bagi para ateis di Indonesia guna menyiasati kewajiban memilih salah satu agama yakni dengan cara mengosongkan kolom agama. Namun opsi ini tidak banyak dipilih para ateis guna menghindari keruwetan prosedur administrasi kependudukan yang dampaknya menyasar urusan pendidikan dan pekerjaan walau secara hukum Mahkamah Konstitusi menyakini kata "agama” dalam Pasal 61 dan 64 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan tidak memiliki ketentuan hukum mengikat secara bersyarat. Meski tidak dilarang menjadi ateis di Indonesia namun seorang ateis dilarang menyebarkan ajaran ateis di Indonesia. Sejauh ini tidak ada yang menyebarkan ateisme dan agnostik melalui organisasi secara resmi. Kecemasan terbesar saya adalah hilangnya kebebasan bersuara para ateis dan agnostik jika Rancangan Undang-Undang KUHP yang memuat pasal tindak pidana terhadap agama ditetapkan sebagai undang-undang sebab orang yang mengajak tidak menganut agama agnostik bisa dipidana dengan pidana penjara. Idealnya KUHP melindungi pengakuan secara terbuka seorang ateis dan agnostik dan tidak membuat seseorang dipenjara karena tidak mengakui adanya Tuhan dan/atau tidak beragama karena itulah pilihan hidup seseorang yang merupakan hak asasi manusia yang dimiliki setiap orang. Bahkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal 18 menyatakan setiap orang berhak berganti agama atau kepercayaan. Saya mengasumsikan pasal itu mencakup melindungi mereka yang berganti agama menjadi tidak beragama. monique_rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator IAMBRAVEINDONESIA. *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis *Bagi komentar Anda dalam kolom di bawah ini.
RenunganHarian (Jumat, 15 Juli 2022) >. Bacaan: MATIUS 13:1-23. Bacaan Setahun: Mazmur 119. Nas: "Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Matius 13:23)
Istilah agnostik akhir-akhir ini kerap diperbincangkan oleh beberapa masyarakat. Bahkan, fenomena pengakuan seseorang yang menjadi seorang agnostik juga telah ditemukan baik di kehidupan nyata maupun platform media sebenarnya merupakan istilah populer dari agnostisisme. Agnostisisme berasal dari bahasa Yunani, “gnostein” artinya tahu; mengetahui dan “a” artinya tidak. Sementara secara harfiah, agnostisisme adalah seseorang yang tidak seorang filsuf bernama William L. Rowe, agnostik adalah seseorang yang tidak percaya atau mendustakan keberadaan Tuhan. Kemudian dalam arti sempit, agnostik adalah pandangan bahwa akal manusia secara rasional tidak mampu membenarkan keberadaan apa saja sebenarnya bentuk-bentuk agnostik yang ada di dalam kehidupan manusia? Simak ulasan lengkapnya yang dilansir dari Merajut Damai dalam Kebinekaan karya Ahmad Nurkholis 201782.Bentuk-bentuk AgnostikDalam perkembangan selanjutnya, agnostik dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yang hingga kini juga masih diperdebatkan keberadaannya, di antaranya meliputiKategori agnostik ateisme adalah mereka yang ragu mengenai keberadaan Tuhan. Sehingga mereka memilih untuk tidak mempercayai adanya ini ragu mengenai keberadaan Tuhan, namun memilih mencoba mempercayai Tuhan secara personal. Sehingga, mereka tidak butuh memeluk suatu agama tertentu untuk menyembah Apatis atau Agnostisisme PragmatisMereka yang termasuk ke dalam bentuk agnostik pragmatis memiliki pandangan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan ada atau tidaknya Tuhan dalam bentuk apapun. Agnostik Berbeda dengan AteismeSecara sederhana, agnostik seringkali hampir disamakan dengan paham ateisme. Padahal, sebenarnya keduanya mengandung pengertian dan praktik yang berbeda. Seseorang yang menganut paham ateisme, secara tegas menyakini Tuhan itu tidak ada. Bagi mereka, alam semesta termasuk makhluk di dalamnya merupakan proses alamiah yang terjadi dalam rentang waktu yang sangat agnostik hanya menyatakan bahwa dirinya tidak tahu, entah keberadaan Tuhan itu ada atau tidak. Meskipun secara praktik ateisme dan agnostik memiliki tujuan masing-masing, keduanya sama-sama menolak konsep agama.
Akantetapi, orang percaya tidak perlu takut karena Allah akan mengutus Yesus kembali untuk membebaskan kita dari masa murka itu. Jelas, kedatangan Kristus untuk pengikut-Nya yang setia mendahului murka yang akan datang (lihat cat. --> Wahy 3:10; [atau ref. Wahy 3:10] lihat art. KESENGSARAAN BESAR).
Jawaban cepat dan mudah mengapa orang-orang beragama adalah bahwa Tuhan–dalam bentuk apa pun yang Anda percayai–adalah nyata dan orang-orang percaya karena mereka berkomunikasi dengan-Nya dan merasakan bukti keterlibatan-Nya di dunia. Hanya 16% orang di seluruh dunia tidak religius, tapi ini setara dengan sekitar 1,2 miliar individu yang merasa sulit untuk merekonsiliasi ide-ide agama dengan apa yang mereka ketahui tentang dunia. Mengapa orang-orang percaya adalah pertanyaan yang mengusik para pemikir besar selama berabad-abad. Karl Marx, misalnya, menyebut agama sebagai “candu rakyat”. Sigmund Freud merasa bahwa tuhan adalah ilusi dan bahwa para jemaah itu mencari kebutuhan kanak-kanak soal keamanan dan pengampunan. Penjelasan psikologis yang lebih baru adalah gagasan bahwa evolusi manusia telah menciptakan “lubang berbentuk tuhan” atau telah memberi kita sebuah “mesin tuhan” metaforis yang mendorong kita untuk percaya pada suatu ketuhanan. Pada dasarnya hipotesis ini menyatakan bahwa agama merupakan suatu produk sampingan dari sejumlah adaptasi kognitif dan sosial yang sangat penting dalam perkembangan manusia. Beradaptasi untuk menjadi beriman Manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang kooperatif dan suportif. Dengan melakukan hal ini kita jadi punya ikatan yang lebih kuat dengan beberapa individu dibanding yang lain. Psikolog Inggris John Bowlby mendemonstrasikan pengaruh keterikatan ini pada perkembangan emosi dan sosial anak-anak. Dia menunjukkan rasa keterikatan ini dapat terancam jika terjadi pemisahan atau pelecehan. Kita terus mengandalkan keterikatan ini di kemudian hari, ketika jatuh cinta dan berteman, dan bahkan dapat membentuk ikatan yang kuat dengan hewan non-manusia dan benda mati. Tidak sulit dipahami bahwa rasa keterikatan yang kuat ini dapat disalurkan kepada dewa-dewa agama dan utusan nabi-nabi mereka. Hubungan kita bergantung pada kemampuan untuk memprediksi bagaimana orang lain akan berperilaku dalam semua situasi dan waktu. Tapi kita tidak perlu berada di depan hal-hal yang erat ikatannya dengan kita untuk memprediksi tindakan mereka. Kita dapat membayangkan apa yang akan mereka lakukan atau katakan. Kemampuan ini–dikenal sebagai pemisahan kognitif–berasal dari masa kanak-kanak melalui permainan pura-pura. Dari kemampuan kita membayangkan pikiran seseorang yang kita kenal ke membayangkan pikiran sesuatu yang mahakuasa, mahatahu, dengan cara pikir mirip manusia itu hanya sebuah lompatan kecil - terutama jika kita memiliki teks-teks religius yang menceritakan tindakan masa lalu mereka. Berbagi iman. Mamma Belle and the kids/Shutterstock Adaptasi kunci lain yang dapat mendorong keyakinan beragama adalah kemampuan manusia menyematkan sifat atau kualitas manusia pada suatu objek benda atau antropomorfisme. Pernahkah Anda melihat siluet seseorang hanya untuk menyadari bahwa sebenarnya sebuah mantel tergantung di pintu? Kemampuan untuk menyematkan bentuk dan perilaku manusia pada benda-benda non-manusia menunjukkan bahwa manusia juga bisa menyematkan kualitas yang kita miliki pada entitas non-manusia, seperti dewa, dengan demikian, memudahkan merasa terhubung dengan mereka. Manfaat perilaku Selain aspek psikologis ini, perilaku ritual yang terlihat dalam kegiatan ibadah kolektif membuat kita menikmati dan ingin mengulangi pengalaman-pengalaman. Menari, bernyanyi, dan mencapai keadaan seperti trance menonjol di banyak masyarakat leluhur dan masih ditunjukkan di masa kini- termasuk oleh orang-orang Sentinel, dan Aborigin Australia. Ritual formal bukan hanya merupakan kegiatan pemersatu, ritual-ritual ini juga bahkan mengubah kimia otak. Mereka meningkatkan kadar serotonin, dopamin, dan oksitosin di otak–bahan kimia yang membuat kita merasa baik, ingin melakukan sesuatu dan memberikan kedekatan kepada orang lain. Adaptasi kognitif ini difasilitasi oleh norma-norma pendidikan dan rumah tangga yang tidak bertentangan dengan ide-ide agama. Meski kita didorong untuk mempertanyakan ide-ide yang tidak memiliki basis bukti kuat yang disajikan pada masa kanak-kanak–seperti Santa Claus atau Peri Gigi–kita tidak didorong untuk mempertanyakan agama. Mempertanyakan agama sering kali tidak dianjurkan dalam ajaran agama dan terkadang dianggap sebagai dosa. Terlepas sudut pandang Anda, dampak agama dan pemikiran agama pada fungsi dan evolusi manusia adalah suatu debat intelektual yang menarik yang tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir. Tentu saja, orang mungkin berpendapat bahwa tuhan menciptakan semua hal yang diuraikan di atas tapi kemudian ini membawa kita ke pertanyaan lain yang lebih besar apakah buktinya bagi Tuhan?
EsxyMCZ.
  • l3hp9h12qw.pages.dev/164
  • l3hp9h12qw.pages.dev/13
  • l3hp9h12qw.pages.dev/82
  • l3hp9h12qw.pages.dev/166
  • l3hp9h12qw.pages.dev/299
  • l3hp9h12qw.pages.dev/308
  • l3hp9h12qw.pages.dev/358
  • l3hp9h12qw.pages.dev/55
  • l3hp9h12qw.pages.dev/322
  • orang yang tidak percaya adanya tuhan tts